Kenapa guru suka pilih kasih sama muridnya?
Aku rasa ya, sebenarnya mereka itu ndak ada niatan buat pilih kasih.
Semua yang dilakukan itu bisa aja ndak sengaja. Kaya tindakan yang
reflek gitu, sesuai dengan naluri manusia pada umumnya. Guru yang baik
pasti memandang sama ke semua muridnya ya. Ndak peduli dia murid yang
kaya apa. Kalau emang tes dan tugasnya bagus ya kasih bagus lah. Gitu.
Menurutku juga pilih kasih itu relatif. Ada yang mengangap tindakan
guru yang itu tergolong pilih kasih. Ada yang menggangap itu tindakan
yang wajar. Yah, misalnya ada anak yang sakit, trus gurunya bimbing dia
trus, bedalah kelakuannya kalau sama mereka yang sehat. Haha. Kalau
menurut kalian, itu pilih kasih bukan? Kalau menurutku wajar aja sih,
kan kalau sakit biasanya ndak bisa ikut pelajaran ya selama beberapa
waktu. Jadi ya perlu dibimbing lebih daripada yang lain.
Jadi aku punya cerita soal temen SD aku. Udah lama banget sih ya,
dan banyak kenangan-kenangan SD yang terlupakan. Tapi, cerita ini
merupakan salah satu kejadian yang masih aku ingat hingga saat ini. Yah,
biasanya aku cuma mengigat cerita yang ngena banget gitu. Mungkin
sedikit cerita lain yang akan keinget, kalau emang lagi pengen nginget.
Haha.
Oke deh, langsung aja aku ceritain. Waktu itu lagi ada retreat
sekolah. Aku lupa itu pas kelas berapa, dan entah itu retreat yang ke
berapa. Ya, soalnya ada juga retreat dari gereja dan aku sering ikut.
Haha. Tau kan, kalau di retreat pasti ada yang renungan malam. Dan aku
rasa retreat waktu itu punya renungan yang paling berkesan.
Langsung aja, renungan malamnya itu nyadarin kita dengan
mengumpamakan kita mati. Gimana perasaan orang tua kita, saudara, temen
deket, semua deh, orang yang kita sayang. Trus juga apa aja yang udah
kita lakuin di dunia ini. Aduh, sori sori bentar mataku agak
berkaca-kaca ini. pandangan agak kabur jadinya kalau buat ngetik.
Yups, kalau nginget tentang renungan itu aja mataku udah
berkaca-kaca gini, kebayang kan suasana pas malam renungan itu? Kami
nangis-nangis malam itu. Ndak cewek ndak cowok. Yah, meski cowoknya yang
nangis cuma satu orang sih. Gimana ndak nangis coba ya. Ini soal
perasaan, yang membuat dada sesak dan akhirnya air mata pun keluar.
Setelah renungan, kami keluar dari ruangan. Kami dipeluk satu-satu
sama guruku, biar nenangin dikit gitulah maksutnya. Nah, ada temenku
yang dia cantik, pinter, anak orang yang berkecukupan, dan sangat
bertalenta lah. Dia dipeluk lama banget sama guruku yang kebetulan
perempuan. Di sisi lain aku punya temen yang dia udah pernah ndak naik
kelas sekitar dua kali, rambutnya itu kutuan, dan orang tuanya juga
kurang mampu. Oleh karena itu dia ndak pernah dikasih uang jajan sama
orang tuanya waktu di sekolah. Dan dia cuma dipeluk sebentar sama
guruku. Lebih sebentar daripada aku. Haha. Ndak ding menurutku dia ndak
dipeluk, cuma disentuh pundaknya.
Mungkin pilih kasih ada dua macem ya? Pilih kasih dalam perlakuan,
sama pilih kasih dalam nilai. Kalau yang perlakuan kan contohnya kaya
ceritaku pas retreat tadi. Kalau yang nilai bisa aja, mentang-mentang
suka sama muridnya trus dikasih bagus nilainya. Biasanya itu pas ngasih
nilai di raport. Kalau nilai tes sih ndak isa diganggu gugat ya, soalnya
umumnya itu pilihan ganda. Gimana mau ngakalin coba? Orang jawabannya
udah pasti itu. Haha.
Jadi keinget cerita, tapi aku lihat di film pendek sih. Jadi
murid-murid yang beli buku di guru itu otomatis nilainya jadi bagus.
Soalnya namanya dicatet sama tu guru. Aku lupa itu bukunya kenapa harus
dibeli. Apa karena yang pengarangnya guru itu sendiri, jadi biar
kelihatan laku gitu bukunya. Apa gurunya jualan buka dengan harga yang
ajubile. Ah, tau ah.
Eh, aku ada cerita lagi pas SMA menjelang ujian. Aku juga bingung
ini termasuk dalam perlakuan apa nilai deh. Soalnya gini. Temen-temenku
tu pada les sama guru matematika yang kebetulan ngajar di kelas kami.
Mereka lesnya udah lama. Pas gurunya ngasih latihan soal tu cepet banget
per nomernya. Aku baru ngerjain setengah langkah, gurunya udah tanya
jawabannya berapa. Dan yang jawab tu cuma satu dua orang, tapi gurunya
udah nyuruh ngerjain nomer selanjutnya.
Parahnya lagi kalau tu guru sok-sokan keliling kelas, yang diajarin
tu cuma yang les sama dia. Nah, aku yang udah ndak reti pelajaran di
kelas dan ndak les di dia semakin terpuruk dong keadaannya. Dan lebih
parahnya lagi, semingguan sebelum UN, tu guru ndak mau masuk ke kelas
kami. Guru-guru yang lain pada menyampaikan pesan-pesan buat kami.
Bahkan guru biologi yang killer pun membuat kami terharu. Sedang doi? Nongol aja kagak.
Kok, aku rasa aku lebih banyak curhat ya? Daripada bahas tentang
alasan mengapa guru pada pilih kasih? Haha. Yang tadi itu anggap aja aku
ngasih contoh di kehidupan nyata tentang dunia pendidikan. Wadalah
bahasaku.
Oke kesimpulanya, kaya yang udah aku sebutin sebelumnya ya.
Sebenernya mereka itu melakukan secara tidak sengaja. Yang kedua karena
pilih kasih itu relatif tiap orang. Yang ketiga, argumen baru sih.
Maksudnya belum aku sebutin sebelumnya. Ini tergantung dari apa yang
“diberikan” ke guru. Haha.
http://bukanemasperak.blogspot.co.id/2014/06/kenapa-guru-suka-pilih-kasih.html